Analisis Puisi Wing Kardjo
Tentang Puisi Wing Kardjo
Kata-kata luas sekali lebar
seperti muara
kata-kata mesra sekali rindu
tapi penuh luka
aku tahu
dan kau pun tahu itu
diucapkan, tetapi
tak terkatakan
Membuat tafsiran:
Memahami suatu karya yang terpenggal, ibarat mengenal sosok tubuh tanpa wajah. Saya sudah mencoba membolak-balik dunia kata mencari sosok yang tak kukenal utuh ini, tetapi untuk sementara ia tidak juga datang. Dari sini, saya mencoba memahami sesuatu yang tak utuh itu dengan menempatkannya sebagai suatu karya yang utuh, karena saya pun tak pernah tahu bahwa dia utuh.
Puisi Wing Kardjo ini, sebagai sebuah kemungkinan saya memberi judul “Kata”. Kata merupakan gabungan huruf untuk menempatkan sesuatu agar bisa dibahasakam. Ungkapan pada puisi yang merujuk pada pemilihan judul “Kata” antara lain, kata-kata pada larik pertama dan ketiga dan diucapkan pada larik ketujuh.
Saya mencoba memberi tafsiran puisi Wing Kardjo ini perbait untuk menemukan kemungkinan makna yang terkandung didalamnya.
Kata-kata luas sekali lebar
seperti muara
kata-kata mesra sekali rindu
tapi penuh luka
Kata, dalam membahasakan sesuatu selalu dalam arti yang dinamis, bergantung pada konteks kata itu dipakai (luas sekali lebar). Ketika kata membahasakan sesuatu dalam ucapan termasuk tulisan, dengan sendirinya ia terlepas dari si pengucap dan tak akan pernah kembali (seperti muara). Di sini kata-kata akan berhadapan dengan realitas baru yang lebih luas tanpa batas. Kata memang memiliki ikatan yang kuat dengan penggunanya (mesra), tetapi itu hanya sesaat (sekali rindu). Sebab ketika kata itu terlepas dari penggunanya ia menjadi milik orang lain. Orang lain bisa dengan bebas memakainya. Keterpisahan antara pemilik kata dengan kata-katanya, bisa menggambarkan suatu rasa sakit (penuh luka), apabila kata itu digunakan secara salah oleh karena kebebasan yang tidak bisa diambil kembali oleh pemilik kata.
aku tahu
dan kau pun tahu itu
diucapkan, tetapi
tak terkatakan
Pemahaman kata dari si pemilik kata selalu mengandung arti dalam diri pemilik kata sendiri (aku tahu). Demikian pun penerima kata akan berada dalam posisi yang berbeda memahami kata yang sama (dan kau pun tahu itu). Pemilik kata hanya sebatas melahirkan kata-kata (diucapkan) dalam konteksnya yang terselubung, tanpa berkesempatan untuk menyatakan maksud (tak terkatakan), sebab maksud adalah milik orang lain atau penerima.
Puisi Wing Kardjo ini, seperti menggambarkan suatu ungkapan penyesalan sebagai seorang penyair, dimana ia tidak memiliki kuasa mutlak atas apa yang dihasilkannya. Namun, hal terpenting yang mau disampaikan Wing Kardjo ialah nahwa hidup selalu bergerak dalam kata sebagai bahasa. Kata mengisahkan tentang hidup yang tidak harus semua orang pahami.
Komentar