Serpihan Kisah Cinta Di Kota Kabut
Serpihan Kisah Cinta Di Kota Kabut
Potongan rambutnya membuat dia berbeda dari yang lain dan menjadi pusat perhatianku. Lembut manis senyumnya menambah pesona cantik parasnya. Polwan. Iya ku sebut saja dia polwan pada awal perjumpaan sepasang mata ini yang belum kutahu pasti siapa gadis pemilik rambut sebahu itu.
Jumad, 04 Juli 2017, aku pun beranikan diri tuk menyampaikan salam dan perasaanku kepadanya. Ann, akhirnya kutahu nama yang awalnya kuinisialkan sebagai polwan itu. Gadis cantik asal Nangaroro. Sehari setelah perkenalan kami aku menghubunginya untuk bertemu. Tepat di lantai atas lorong timur rumah retret tempat ia bekerja, aku memegang tangannya dan menyatakan cintaku yang sesungguhnya untuknya, Ann menerimaku dengan prasaan cinta yang sama. Aku meraih tangannya dan kukecup sebagai ungkapan terimakasihku. Terimakasih telah menerimaku, ungkapku dalam hati.
Dah... sayang... Ann harus menjatuhkan air mata saat aku melambaikan tanganku dari dalam bus yang kutumpangi. Kebersamaan kami pun harus berhenti dan kini tinggalah terbentang rindu yang tak tahu kapan akan terjawab. Dia tetap berada di Kota kabut Mataloko dan aku kembali ke Ende. Meski terlalu mungkin untuk kami dapat bertemu lagi namun kesibukan kami masing-masing akan menjadikan Mataloko dan Ende bagaikan terpisah jurang yang tak tersebrangi.
Aku harus melanjutkan cita-citaku, menyusun kepingan Puzle yang Tuhan berikan padaku untuk kumainkan hingga akhir, sampai Puzle itu membentuk sesuatu yang sempurna.
Maafkan aku Ann, yang meninggalkan rasa untukmu. Milikilah rasa itu untuk menggenapi perjalanan cintamu kelak, tapi jangan pernah engkau bergantung padanya. Karena dia tak selalu pasti kembali untukmu.
Mataloko, 09 Agustus 2017
Komentar