Bintang Yang Sempat Redup
Bintang Yang Sempat Redup
Mona, nama yang diberikan ayahnya saat dia terlahir. Mona terlahir sebagai anak sulung untuk kedua orangtunya. Mereka sangat memanjakannya karena dia sempat menjadi putri tunggal selama dua belas tahun sebelum Deni adiknya terlahir. Terentang jarak yang sangat jauh antara usianya dan Deni membuat Mona menjadi satu-satunya pusat curahan kasih cinta oleh ibu maupun ayahnya selama duabelas tahun.
Saat ini Mona menempuh pendidikan sekolah menengah pertama kelas VIII di SMP K Sinar Pelita Mukusaki, sekolah yang tak begitu jauh dari rumahnya dan merupakan sekolah yang dijagokan kedua orangtuanya. Dia begitu bangga memiliki ayah dan ibu yang sangat sayang dan manja padanya. Ketika ulang tahunnya yang kedua belas selang beberapa minggu ibunya melahirkan Deni.
Saat ini usia Deni tiga tahun dan Mona lima belas, usia dimana dia mulai memasuki masa remajanya. Beberapa bulan lalu Mona merayakan ulang tahunnya dan ayahnya menghadiahkan Mona sebuah handphone. Meski dia tahu di sekolah dia tidak diperkenankan untuk menggunakan Hp, tapi dia selalu berusaha untuk menggunakannya bersama keempat sahabatnya dengan sembunyi-sembunyi dari pandangan mata bapak dan ibu gurunya.
Mona termasuk kelompok anak yang memiliki predikat nilai yang bagus di mata guru-gurunya atau pun dari pandangan teman-teman seperjuangannya. Mona selalu dikategorikan sebagai juara kelas sejak di bangku Sekolah Dasar, dia selalu menempati pringkat satu atau dua saat penerimaan laporan akhir hasil ujian sekolahnya begitupun ketika Mona masih berada di bangku SMP kelas VII.
Mona memiliki banyak teman dan sahabat di sekolahnya. Dia berparas cantik dan lembut, kebaikannya pun turut menunjang banyak hati para lelaki teman seperjuangannya terpikat-ikat padanya. Mona termasuk siswi yang rajin ke sekolah. Begitu pula keempat sahabat dan teman belajarnya, Jenni, Liand, Serlin, dan Aris satu-satunya sahabat mereka yang laki.
**
Pagi yang indah, berkas-berkas cahaya mentari pagi menembusi halaman sekolah dari balik pepohonan yang berjejer di samping halaman sekolah Mona. Hari sekitar pukul 06.30 pagi; Jenni, Lian, Serlin, dan Aris berjejer di samping kiri kanan Mona memasuki pintu gerbang sekolah sambil bercerita dan tertawa bersama hingga memasuki ruang kelas mereka. Itulah kebiasaan Mona, dan keempat sahabatnya disetiap mereka ke sekolah atau pun pulang dari sekolah.
Teman-teman, kalian bawa Hp-kan? Semalam aku mendapat kiriman flm yang bagus. Aku yakin kalian pasti suka.
Aris berbicara sambil memberikan kode bahwa Hp ada dalam saku tasnya. Keempat sahabatnya hanya tersenyum, dan angguk-angguk.
Hey, hari ini kita les apa saja?
Tanya, Aris kemudian dengan ekspresi bingung, lalu menyusul suara tawa dari teman-temannya.
Mona, Aris, kita semua juga tidak tahu. Semalam kita facebook-kan sampai jam brapa? Aku tertidur dan tidak sempat belajar.
Mereka menutupi percakapan mereka ketika hendak memasuki ruang kelas.
Tong..teng...tong... bell tanda dimulainya pelajaran berbunyi.
Selamat pagi semua...
Pak guru menuju mejanya dan meletakkan tas di sana.
Selamat pagi juga, pak... Jawab anak-anak serentak.
Mona, dan teman-temannya dengan sendiri pasti sudah tahu kalau jam pelajaran pertama mereka adalah matematika setelah Pak Boy berdiri tegar di hadapan mereka. Mona terlihat mata sedikit berat dan dia berusaha mengucak-kucak matanya.
Mona, kamu knapa? Ngantuk ya?
Tanya Jenni yang duduk di sampingnya.
Tidak kok, nih mata agak sakit...
Jawab Mona; sambil tertawa kecil saat berduanya saling menatap.
Adik-adik, siapkan kertas kalian kita ulangan. Minggu lalu bapak sudah pesan kalau hari ini kita akan mengadakan ulangan.
Pak guru berbicara sambil mondar-mandir di hadapan anak-anak didiknya, mengamati respons mereka dengan pembicaraannya barusan.
Juan, kamu sebagai ketua kelas. Apa kamu ingat pesan bapak minggu lalu itu?
Tanya pak guru kepada Juan yang duduk bersama Aris pada barisan kanan paling depan.
Ingat pak. Jawab Juan, sambil menyobek lembaran kertas bukunya.
Pak guru kembali ke tempat duduk.
Melihat lagak siswa/i-nya yang kebingungan, dan ada yang garuk-garuk kepala tak karuan. Pak Boy memutuskan untuk menunda ujian mereka.
Hari ini kita KBM seperti biasa. Dan ulangan kita tunda minggu depan.
Sepakat?
Sepakat, pak... sambung semua siswa serentak.
Pak guru lalu berdiri mengambil alat tulis dan menulis beberapa materi pembelajaran mereka hari itu, dan mulai mengajar mereka.
Mendengar bahwa ulangan mereka hari itu tunda Mona dan Jeni merasa sangat lega, begitu pula, Lian, Serlin, dan Aris.
Mona dan Aris memang merupakan siswa jagoan kelas mereka karena perolehan nilai-nilai ujian yang selalu baik. Tetapi sejak mulai awal masuk kelas VIII, semangat belajar keduanya mulai menurun.
Permisi, pak...
Mona, tiba-tiba maju dan minta ijin untuk ke toilet.
Silahkan, Mona... Ijin pak, guru sambil asyik melanjutkan materinya. Serlin tahu ke mana tujuan Mona sebenarnya. Ke tempat nongkrong mereka yang biasa. Utak-atik Hp di pelataran gua Maria di samping sekolah mereka dan memang tempat itu agak tersembunyi dari pantauan bapak ibu guru.
Ijin, Pak... serlin ikutan ijin. Membohongi guru kalau ia juga mau ke toilet, ternyata dia ikut nimbrung bersama Mona di sana.
Pak guru yang tanpa ada sikap curiga sama sekali, melanjutkan materi dengan beberapa siswa yang ia minta menyelesaikan soal di papan tulis.
Lima menit pun berlalu. Aris, Lian, dan Jenni yang Tahu ke mana kedua sahabatnya itu mulai saling lirik satu sama lain. Lian memberi isyarat supaya Aris menggunakan Hp-nya, memberitahu Mona dan Serlin untuk segera kembali ke kelas.
Tak lama kemudian setelah membaca pesan dari Aris, Mona dan Serlin masuk bersamaan berbuat seolah mereka tidak patut untuk dicurigai.
KBM selesai untuk hari itu. Mona dan Serlin tak menyadari kalau aktivitas buruk mereka diketahu oleh salah seorang guru mereka yang kebetulan lewat di halaman depan gereja yang kebetulan berpapasan dengan gua Maria di mana Mona dan Serlin duduk asyik mengutak-utik hp mereka.
Tong..tong..teng... diikuti dengan bell panjang. Tanda KBM berakhir dan semua siswa berkumpul di pelataran pendopo sekolah. Setelah menyampaikan informasi untuk hari besok, Bapak kepala sekolah meminta Mona dan Serlin untuk menghadapnya ke kantor setelah pengumuman selesai.
Di dalam ruangan kepsek...
Mona dan Serlin, mulai menebak-nebak ada apa dengan mereka sampai kepsek memanggil mereka berdua.
Tolong berikan ponsel kalian...
Tanpa berbasa basi, bapak kepsek langsung meminta hp mereka. Mona dan Serlin terkejut dan mulai gugup, keringat dingin membasahi wajah cantiknya yang juga mulai memerah. Mona dan Serlin mengeluarkan hp dari dalam tas dan menyerahkannya kepada kepsek mereka.
Mona, Serlin...
Sekolah dan kita semua sangat menyayangkan masa depan kalian. Dari hasil rekap nilai para guru hampir mengatakan keluhan yang sama tantang kalian. Nilai kalian sekarang merosot turun. Begitu pun semangat belajar kalian. Apakah ini penyebabnya?
Pak kepsek berbicara sambil menunjukkan hp kepada keduanya.
Ini surat panggilan untuk orangtua kalian. Dan hp kalian untuk sementara bapak simpan
Mona dan serlin hanya tertunduk ketakutan, kalau-kalau dimarahi atau dipukuli oleh orangtua mereka.
Pak, mohon maaf pak. Tolong berikan kami sanksi salin. Dan kami berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi. Tolong pak, jangan beri tahu masalah ini untuk orangtua kami. Serlin yang tahu pasti sifat kedua orang tuanya memohon maaf sambil menangis menyesali perbuatannya.
Di pendopo sekolah masih terlihat Aris, Jeni, dan Lian menunggu kedua sahabat mereka. Mereka bertiga kelihatan cemas dan duduk lesuh, sebab mereka sudah tahu pasti persoalan yang dihadapi kedua sahabat mereka.
Kepsek kembali menasihati mereka berdua dan beliau membatalkan surat panggilan untuk orangtua mereka, setelah mempertimbangkan ketulusan sikap siswi yang sempat menjadi bintang sekolah ini. Kepsek lalu meminta keduanya membuat surat pernyataan perjanjian untuk tidak membawa hp ke sekolah dan mengulangi masalah ini.
Setelah mendengar nasihat dan peneguhan dari kepsek, mereka memberi salam, terimakasih, dan mohon pamit.
Ketiga sahabatnya yang dari tadi tak sabar menunggu kabar Mona dan Serlin menyambut keduanya dengan rangkulan dan mereka berlangkah meninggalkan halaman sekolah. Mona sebagai ketua untuk kelompok mereka mulai mengulangi pesan-pesan dari kepsek dan memberitahukan pernyataan mereka. Lalu mereka semua sepakat untuk menghidupkan kembali kelompok belajar mereka dan meninggalkan kebiasaan menggunakan hp pada saat belajar yang dapat mengganggu konsentrasi belajar mereka.
Teman-teman, jalan kita menuju masa depan dan menggapai cita-cita kita masih sangan panjang. Jangan kita memotongnya dengan hal-hal buruk yang dapat merusak dan merugikan diri kita sendiri.
Mona menasihati teman-temannya sembari mereka berlangkah menyusuri jalan raya ke rumah mereka.
Selama ini kita banyak dirugikan karena penggunaan hp yang tidak terkontrol. Mulai saat ini kita tidak boleh lagi membawa hp ke sekolah... Sambung Aris.
Liand, yang kelihatan lebih tenang juga ikut bicara, Ayo teman-teman.. sambil memegang Mona dan Aris. bangkitkan semangat kita untuk belajar dan meraih impian kita.
****
Seminggu kemidian...
Suasan ulangan Matematika di kelas Mona, mereka semua kelihatan kusut mengerjakan soal dalam pengawasan pak Boy, guru mereka. Mona, dan keempat sahabatnya kelihatan sangat bersemangat mengerjakan soal ulangan.
Ulangan kita ditunda sejak minggu lalu ya, harap kalian sudah mempersiapkannya dengan baik.
Pak Boy menyampaikan harapannya sambil mondar-mandir mengawasi anak didiknya.
Mona, harap nilai kamu tidak turun lagi,,, pak guru berbicara pelan kepada Mona, sambil memeriksa hasil kerja mona, yang sudah menyelesaikan tiga nomor pertama. Mona hanya tersenyum dan tetap konsentrasi menyelesaikan soal ujiannya.
Ingat, setelah ini kita akan langsung memeriksa jawaban ulangan ini dan melihat langsung kemampuan kalian dalam nilainya nanti.
Pak Boy kembali mengingatkan mereka, sebelum lembaran ulangan mereka ditukar satu dengan yang lain.
****
Setelah mendengar laporan nilai dari mereka semua, Pak Boy mereasa sangat puas dengan hasil ujian anak didiknya. Mona, Lian, Serlin, Jeni dan Aris dan semua siswa mendapat nilai yang bagus, semuanya rata-rata mencapai target 70-an sampai 90 koma. Dan yang sangat pak guru banggakan ialah Mona yang kali ini cukup mengalami perubahan. Nilai Mona sempurna seratus.
Pak guru, salut pada kalian semua. Mona terimakasih kamu telah mengembalikan semangat juangmu bersama teman-teman seperjuangan ini. Cahaya Bintang yang dulu pernah ada kini terbit lagi. Jangan pernah menyerah. Kejarlah apa yang telah kalian cita-citakan.
Pak Boy berbicara di depan kelas sambil memegang kertas jawaban dan nilai siswa/i-nya.
Mona dan teman-temannya pun bersorak senang dan mereka pun menjadi siswa/i teladan bagi sekolah mereka.
***
Terimakasih untukmu semua yang telah memberiku jalan cerah....untukmu bapak dan ibu guruku...
Teristimewah untukmu kepala sekolahku yang sudah memberikan aku kesempatan kedua untuk mendapatkan kembali harta terbaik yang pernah kumiliki ini....
Sambutan Mona saat ia mendapat penghargaan dari sekolah sebagai juara satu umum dalam ujian semester ganjil kali ini. Mona berdiri di samping kepala sekolah di dampingi pula semua gurunya di hadapan teman-teman sekolahnya.
The End
Mukusaki, 17 September 2017
Komentar