Klaim Negara Rakyat Nusantara Versus NKRI: Salah Siapa?
Gambar Ilustrasi dari Detikcom |
Ditengah hiruk-pikuk perbincangan mengenai kerajan fiktif (Kerajaan Keraton Sejagat dan Sunda Empire) yang belum menemukan simpulnya, kini publik dihebohkan lagi dengan kemunculan Negara Rakyat Nusantara. Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube berdurasi 11 menit 58 detik itu terlihat seorang pria bernama Yudi Syamhudi Suyuti sedang mendeklarasikan Negara Rakyat Nusantara dan menginginkan agar NKRI dibubarkan. Pria yang mengaku sebagai Presiden Negara Rakyat Nusantara itu menggelar konferensi pers, terlihat juga di belakangnya sebuah bendera bergaris warna merah putih dengan lambang bintang di dalam kotak berwarna hitam. Di hadapan peserta yang hadir dalam konferensi pers tersebut Yudi menyatakan, “...Negara Rakyat Nusantara adalah negara yang sedang kita perjuangkan...terhadap segala kebuntutan yang terjadi di Negara Republik Indonesia sekarang, bisa kita katakan NKRI adalah sistem yang telah membusuk...mau tidak mau dengan hati yang jernih dan pikiran besar, kita harus merelakan dan membubarkan NKRI”.
Dengan munculnya kelompok-kelompok yang bisa kita katakan dari posisi nyaman kita bahwa mereka sebagai pembelot ini, lantas terngiang pertanyaan mengenai bagaimana sikap kita dan apa tanggapan kita terhadap mereka? Apakah dengan sepontan kita akan katakan bahwa mereka sedang berhalusinasi akan posisi kekuasaan dan jabatan yang belum mereka peroleh dan ingin mereka perjuangkan? Apakah kita akan memandang lebih jauh dengan memakai teropong sejarah, untuk menelaah apakah mungkin ada kecacatan sejarah dalam perjalanan bangsa kita yang sudah kita pelajari turun-temurun sejak di Sekolah Dasar? Atau, adakah yang disembunyikan oleh negara perihal serpihan sejarah yang mungkin sengaja dihilangkan dari pengetahuan bangsanya? Ini adalah pertanyaan reflektif untuk kita sekalian dan menjadi tugas ekstra bagi para sejarawan dan teristimewa bagi negara untuk membuat klarifikasi atas soal-soal yang meresahkan masyarakat ini dan memberikan jawaban valid dan pasti kepada masyarakat.
Terlepas dari berbagai persepsi sebagai reaksi atas klaim kehadiran Negara Rakyat Nusantara yang sudah lengkap dengan sistem ketatanegaraanya itu, pertanyaan lebih lanjut; ini salah siapa? Diky Chandra seorang komedian yang juga mantan wakil bupati Garut dalam sebuah acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One pada Rabu, 22 Januari 2020 mengatakan, fenomena kehadiran kerajaan-kerajaan baaru saat ini adalah suatu catatan serius bagi pemerintah Indonesia yang masih kurang memperhatikan sejarah dan budaya. “Negara masih terlalu asing terhadap sejarah dan budaya; ada puluhan naskah sejarah yang belum diungkap dan juga situs-situs sejarah dan budaya yang dibiarkan lelap.” Jadi atas peristiwa hari ini kembali lagi kepada negara. Jangan sampai klaim Negara Rakyat Nusantara dan secara ekstrem menghendaki bubarnya NKRI adalah bagian dari reaksi atas kekecewaan orang-orang atau kelompok tertentu yang merasa kontribusi mereka terabaikan dari panggung sejarah bangsa.
Kehadiran Negara Rakyat Nusantara hari ini adalah satu tamparan bagi pemerintah negara Indonesia. Klaim bahwa, NKRI tidak berhasil menegakkan kemanusiaan, persatuaan, keadilan, di tengah bangsanya dan gagal memberikan kesejahteraan serta keamanan bagi rakyat bangsanya bisa ditanggapi secara serius sebagai suara tangisan anak negeri minta tolong.
Komentar